Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi di wilayah Gaza, Palestina, terus meruncing. Ini disebabkan langkah Israel yang menyerang wilayah itu dengan membabi buta di atas dalih bahwa pihaknya sedang menghancurkan milisi Hamas, yang menyerbu Israel Selatan pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Serangan Tel Aviv yang dilakukan dalam skala besar itu kemudian memancing milisi-milisi yang pro Hamas di Timur Tengah seperti Houthi dan Hizbullah untuk bergerak. Ini membuat resiko perluasan perang di kawasan terbuka lebar.
Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Selasa (23/1/2024):
1. Warga Israel Ngamuk ke Netanyahu
Sejumlah warga Israel yang merupakan keluarga dari para sandera yang masih ditawan Hamas di Gaza mendatangi kantor Parlemen Israel, Knesset, Senin (22/1/2024). Ini mereka lakukan sebagai bentuk ketidaksepakatan terhadap penolakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk berdamai dengan Hamas dan membebaskan sandera.
Dalam laporan Al Jazeera, seorang wanita menunjukkan foto tiga anggota keluarganya yang termasuk di antara 253 orang yang ditangkap dalam serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober.
“Hanya satu yang ingin aku hidupkan kembali, satu dari tiga!” seru wanita pengunjuk rasa setelah ikut serta dalam diskusi Komite Keuangan Knesset.
Pengunjuk rasa lainnya, yang mengenakan kaos hitam, mengacungkan tanda bertuliskan: “Anda tidak akan duduk di sini sementara mereka mati di sana.”
Sekitar 100 sandera dibebaskan selama gencatan senjata seminggu yang disepakati Hamas dan Israel pada bulan November. Saat ini, masih ada sekitar 130 warga Israel yang disandera di Gaza.
Netanyahu baru-baru ini menolak untuk membuat kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya berhasil memulangkan sebagian sandera. Ia mengaku penolakan ini disebabkan semakin banyaknya permintaan dari Hamas untuk pembebasan sandera.
“Sebagai imbalan atas pembebasan sandera kami, Hamas menuntut diakhirinya perang, penarikan pasukan kami dari Gaza, pembebasan semua pembunuh dan pemerkosa … Dan membiarkan Hamas tetap utuh,” klaim Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
“Saya langsung menolak syarat penyerahan monster Hamas,” katanya seperti dikutip Reuters.
Di sisi lain, nasib para sandera, 27 diantaranya menurut Tel Aviv tewas di penangkaran, telah membuat Israel di bawah kekhawatiran besar. Para kerabat sandera khawatir bahwa kelelahan akibat perang dapat melemahkan fokus tersebut.
Ketua panel Moshe Gafni, yang juga partai Yahudi ultra-Ortodoks dalam koalisi Netanyahu, menyatakan bahwa memulangkah para sandera adalah hal penting yang harus dilakukan. Namun ia mengaku langkah ini tidak bisa dilakukan dengan keluar dari koalisi Netanyahu.
“Menebus para tawanan adalah ajaran paling penting dalam Yudaisme, terutama dalam hal ini, di mana ada urgensi untuk melestarikan kehidupan. Tapi mundur dari koalisi tidak akan menghasilkan apa-apa,” pungkasnya.
2. Pasukan Israel Terbantai
Israel mulai mencatatkan kekalahan terburuknya dalam serangan ke Gaza, Palestina. Pada Selasa (23/1/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut 24 anggotanya tewas dalam sehari.
Juru Bicara Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan 21 tentara tewas ketika dua bangunan yang mereka ranjau untuk dibongkar meledak setelah milisi Hamas menembaki tank di dekatnya. Sebelumnya, tiga tentara dilaporkan tewas dalam serangan terpisah di Gaza Selatan.
“Kemarin kami mengalami salah satu hari tersulit sejak perang meletus,” kata Netanyahu dikutip Reuters.
“Atas nama pahlawan kami, demi hidup kami, kami tidak akan berhenti berjuang hingga kemenangan mutlak.”
Jumlah kematian yang besar ini terjadi ketika IDF menyerang bagian barat Khan Younis, kota utama di Selatan Gaza. Israel mengatakan kota itu sekarang menjadi basis utama Hamas, kelompok Islam yang menguasai wilayah kantong Palestina itu.
3. Israel Tembak Tank Sendiri
Kelompok Hamas Palestina mengatakan tentara Israel mengebom tanknya sendiri. Ini terjadi ketika sayap militer Hamas, Brigade Qassam, terlibat pertempuran darat.
Dilaporkan unit penyelamat Israel awalnya mencoba membalas serangan Brigade Qassam. Namun sayangnya, hal itu gagal dan disusul rudal angkatan udara Israel mengenainya.
“Unit penyelamat Israel mencoba menarik tank tersebut dari lokasi sasarannya,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan yang dikutip Al Jazeera, Selasa (23/1/2024).
“Pejuang kami bentrok dengan mereka dan menghentikan mereka untuk maju ke arah kendaraan,” jelasnya lagi masih di laman yang sama.
“Sehingga angkatan udara (Israel) menyerang tank tersebut dengan beberapa roket dan melenyapkannya bersama semua orang di dalamnya,” tambah pasukan itu lagi.
4. Israel-Mesir Terancam Perang
Israel dilaporkan berisiko menyeret negara Arab baru lagi ke dalam perang. Saat ini Israel berencana merebut kembali Koridor Philadelphia, yakni ‘tanah tak bertuan’ yang membentang di sepanjang wilayah selatan Gaza di perbatasan dengan Mesir.
Perbatasan sepanjang 14 km tersebut diyakini Israel telah digunakan selama bertahun-tahun oleh kelompok militan di wilayah tersebut. Mulai dari menyelundupkan senjata, teknologi, uang, hingga personel.
Israel sendiri pun yakin aliran senjata, teknologi, dan uang yang terus menerus masuk ke Gaza untuk kelompok Hamas berasal dari Semenanjung Sinai, yang kemudian diselundupkan melalui perbatasan melalui koridor tersebut. Untuk mencegah hal itu terjadi, Israel kini mempertimbangkan untuk menduduki kembali daerah ini.
Hal ini bahkan sudah didukung oleh sejumlah politisi Israel. Termasuk PM Israel Benjamin Netanyahu, dalam beberapa pekan terakhir.
Keinginan Israel tersebut juga dikatakan Peneliti senior di The International Institute for Counter-Terrorism Dr. Ely Karmon. Namun menurut pengamat Israel itu, negeri tersebut tidak berniat menduduki wilayah tersebut.
Sebaliknya, idenya adalah negara itu hanya akan meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut untuk menjaga keamanan. “Merebut wilayah tersebut akan sangat sulit dilakukan, hanya karena Israel memiliki perjanjian damai dengan Mesir,” klaimnya mengutip RT, Selasa (23/1/2024).
5. Pejabat Israel Ungkap Rencana Gencatan Senjata
Seorang pejabat Israel mengatakan mulai muncul inisiasi untuk menawarkan gencatan senjata selama dua bulan kepada Hamas sebagai imbalan atas semua sandera yang ditahan di Gaza. Namun menurutnya ini masih jauh dari apa yang bisa dikatakan sebagai proposal.
“Inisiatif ini adalah cara untuk memeriksa apakah kerangka kerja tersebut akan berhasil. Banyak langkah yang perlu diambil sebelum kesepakatan tercapai,” kata pejabat itu kepada CNN International.
6. Israel Tawarkan Koridor Aman di Gaza
Dua sumber yang merupakan pejabat Israel memaparkan pada CNN International bahwa Israel telah mengusulkan untuk mengizinkan para pemimpin senior Hamas meninggalkan Gaza sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas.
Meskipun hal ini akan memberikan jalan keluar yang aman dari Gaza bagi para pemimpin tinggi Hamas, kaburnya para petinggi itu dapat melemahkan cengkeraman Hamas di jalur yang dilanda perang tersebut.
Laporan tersebut muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan Hamas untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, dan di sisi lain ia menghadapi meningkatnya tekanan publik untuk membawa pulang para sandera.
7. Menlu Rusia Turun Tangan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan rekan-rekannya dari Iran, Turki dan Lebanon menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai gejolak yang berkembang di Timur Tengah.
“Lavrov dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian sepakat mengenai perlunya gencatan senjata segera di Gaza dan persyaratan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
“Kekhawatiran umum diungkapkan mengenai situasi tegang di Laut Merah, yang telah mengalami penurunan tajam.”
Perlu diketahui, eskalasi di Timur Tengah yang diakibatkan konflik bersenjata antara Israel dan Palestina di Gaza terus menimbulkan efek global. Pasalnya, perang keduanya telah membuat seluruh Timur Tengah, yang merupakan kawasan vital global, bergejolak.
Kelompok Houthi di Yaman baru-baru ini telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang terafiliasi atau terkait dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas dan Gaza. Ini memicu gangguan di perairan itu dan memaksa banyak kapal memutari Benua Afrika untuk mencapai Laut Tengah dan Eropa.
Di Lebanon, milisi Hizbullah yang didukung Iran telah melancarkan serangan ke Negeri Yahudi tersebut untuk membantu Hamas. Ini menimbulkan kekhawatiran akan perang antara kelompok tersebut dan Israel.
Artikel Selanjutnya
Fakta-Fakta Kekuatan Hizbullah & Peluang Perang Lawan Israel
(luc/luc)