Laba Bumi Resources (BUMI) Naik Jadi US$ 84,9 Juta di Semester I-2024

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatat, laba periode berjalan sepanjang semester I tahun 2024 naik sebesar 4% menjadi US$ 84,9 juta dibandingkan dengan US$ 81,8 juta di periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk masih positif sebesar US$ 3,1 juta.

Mengutip laporan keuangannya, BUMI masih dapat mencatat laba meskipun pendapatan turun sebesar 13% menjadi US$ 2,8 miliar pada semester I dari sebelumnya yang sebesar US$ 3,3 miliar.

Beban pokok pendapatan juga turun sebesar 11% menjadi US$ 2,62 miliar dari sebelumnya yang sebesar US$ 2,94 miliar. Sehingga, laba kotor BUMI turun US$ 259,8 juta dari sebelumnya yang sebesar US$ 363,5 juta atau turun 29%.

Beban usaha BUMI naik 2% menjadi US$ 116,6 juta dari sebelumnya yang sebesar US$ 113,9 juta. Sehingga, pendapatan operasional US$ 143,2 juta dibandingkan US$ 249,6 juta atau turun 43%

Alhasil, Laba sebelum pajak turun 37% menjadi US$ 141,1 juta dibandingkan US$ 223,5 juta, dengan selisih negatif sebesar US$ 82,5 juta.

Direktur Independen merangkap Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava menyebut, meskipun banyak tantangan tahun ini namun masih mampu mencatat keuntungan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Tantangan tersebut berasal dari harga hingga suplai dan demand.

“Kami telah dihadapkan pada beberapa tantangan di sektor ini, yang sangat dinamis, baik dari sisi harga, ketersediaan, pasokan, perubahan permintaan, produksi yang lebih tinggi di sini maupun di India dan China, tantangan regulasi, DMO dan dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang belum merata di seluruh sektor maupun subsidi mineral,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/8).

Dileep mencatat, total produksi sepanjang semester I tahun ini 37,7 juta MT atau mengalami kenaikan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar 35,4 juta MT.

“Kinerja yang lebih baik dari para kontraktor dan curah hujan yang lebih rendah di KPC,” ucapnya.

Sementara, realisasi harga batubara sepanjang paruh tahun initurun menjadi US$75,2 per ton dibandingkan tahun 2023 yang sebesar US$ 93,2 per ton. Sehingga biaya unit turun dari US$52,8 per ton di menjadi US$ 47,0 per ton.

“Terutama disebabkan oleh harga minyak yang lebih rendah, rasio pengupasan yang lebih rendah, dan produktivitas KPC yang lebih tinggi,” ungkapnya.

(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:




Next Article


Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023
 

Updated: Agustus 19, 2024 — 3:10 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *