Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat siluman B-21 Raider milik Angkatan Udara Amerika diam-diam melakukan penerbangan pertamanya di California pada 10 November 2023.
Senjata rahasia tersebut terbang dari pabrik ke Edwards AFB pada ketinggian yang tidak lebih dari puncak pohon.
Secara kebetulan waktu terbangnya bertepatan dengan momen Presiden China Xi Jinping mengunjungi San Francisco. Setelah pertemuan itu, tiba-tiba China ingin memulai pembicaraan mengenai AI dan senjata nuklir.
“Para pemimpin menegaskan perlunya mengatasi risiko sistem AI yang canggih dan meningkatkan keamanan AI melalui pembicaraan pemerintah AS-China,” kata Gedung Putih pada 15 November setelah Presiden Biden bertemu dengan Xi Jinping, dikutip dari FoxNews, Rabu (29/11/2023).
Pembahasan ini tidak mengherankan karena B-21 dipenuhi dengan teknologi AI. Ini adalah satu-satunya pesawat tempur Angkatan Udara AS dengan jangkauan dan kemampuan siluman yang mampu mengejar rudal bergerak China. Ia juga mampu membawa senjata penetrasi dalam untuk menghantam bunker bawah tanah jika Korea Utara atau Iran mengancam akan melakukan serangan nuklir.
China diketahui tidak memiliki pembom seperti ini.
B-21 memiliki teknologi cloud dan arsitektur terbuka untuk peningkatan perangkat lunak berkelanjutan. Mesin Pratt & Whitney B-21 menghasilkan banyak tenaga untuk AI dan serangan elektronik.
Pesawat pembom baru ini akan mengambil perannya dalam triad pencegahan nuklir pada tahun 2030, sama seperti China membangun persenjataan nuklirnya. Selama beberapa bulan ke depan, B-21 akan masuk dalam program uji terbang.
B-21 dapat siap beroperasi dalam dua atau tiga tahun, dan sertifikasi nuklir juga akan menyusul. Di dalam armada Angkatan Udara AS, kehebatan AI B-21 Raider akan menjadi standar yang tinggi. China megetahui soal teknologi yang digunakan AS pada pesawat rahasia itu.
“Komputer dapat merangkum semua informasi situasional dan membantu personel militer dalam membuat keputusan yang lebih efisien dan akurat,” kata pilot pesawat tempur wanita China, Zhang Xiao, kepada Global Times.
Artikel Selanjutnya
Krisis Chip AS di Depan Mata, Xi Jinping Full Senyum
(fab/fab)