Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan baik untuk Fed Fund Rate dan suku bunga Bank Indonesia akan turun masing-masing setidaknya 25 bps pada kuartal keempat tahun ini.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, dalam beberapa waktu terakhir terjadi kegelisahan di pasar yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang diantaranya disebabkan oleh fenomena penguatan dolar AS. Hal itu akibat dari belum adanya kepastian waktu penurunan Fed Fund Rate serta dinamika politik dan pemilu di negara Paman Sam.
Kondisi tersebut berisiko menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global sehingga dari sisi domestik, BI Rate dipertahankan tetap 6,25% untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk model asing.
Darmawan mengaku, selain suku bunga acuan, hal lain yang berdampak pada kinerja perbankan adalah likuiditas di pasar yang mempengaruhi pada biaya dana. Adapun saat ini tingkat cost of fund industri perbankan berada di level rata-rata 2,83% meningkat 50 basis point secara year on year.
“Tingkat biaya dana bank bandiri berhasil dijaga tetap di bawah level industri dengan cost of fund sebesar 2,08%,” ungkapnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (31/7).
Darmawan melanjutkan, dalam menjaga profitabilitas di tengah tantangan tersebut, Bank Mandiri menjaga biaya dana dengan mendorong pertumbuhan CASA transaksional melalui Livin dan Kopra sehingga NIM perseroan sampai dengan semester Itetap terjaga berada di level yang optimal.
“Selain itu, untuk mengantisipasi penurunan suku bunga acuan, kami juga akan mengoptimalkan komposisi portfolio agar profitabilitas tetap terjaga, diantaranya dengan mendorong pertumbuhan pada higher yield segments,” ungkapnya.
Strategi Pertumbuhan
Darmawan menjabarkan, untuk strategi pertumbuhan perseroan, bank Mandiri akan tetap melanjutkan strategi yang telah dilakukan, yaitu fokus untuk meningkatkan dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale dan tumbuh berdasarkan ekosistem driven growth maupun sektor unggulan di wilayah untuk segmen retail agar menghasilkan portfolio yang lebih berkualitas.
Sedangkan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), lanjutnya, Bank Mandiri akan fokus menjadi partner keuangan nasabah dengan menyediakan solusi keuangan yang komprehensif melalui optimalisasi digital platform yang dimilikinya, serta memperluas jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia melalui teknologi.
“Sehingga semua services kita bisa diakses di seluruh Indonesia sepanjang memang sudah bisa ada internet connection. Kalau tidak kita yang menyediakan untuk internet connection dengan menggunakan jasa dari low earth orbit satellite,” sebutnya.
Revisi Bisnis Bank (RBB)
Sampai dengan Juni 2024, kata Darmawan, kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh agresif sebesar 20,5% year on year, terjauh di atas pertumbuhan kredit industri yang berada di kisaran 12%.
“Pertumbuhan ini didorong oleh segmen wholesale yang tumbuh 27% year on year di tengah permintaan yang masih baik dari nasabah segmen ini,” ucapnya.
Sedangkan kredit di segmen retail Bank Mandiri tumbuh 10,8% year on year, juga di atas industri segmen retail yang berada di 8,6% year on year.
“Strategi pertumbuhan di segmen retail dilakukan dengan pendekatan ekosistem, serta melalui sektor unggulan di masing-masing wilayah, melalui distribusi channel kami, baik itu cabang maupun platform digital,” sebutnya.
Berdasarkan data tersebut, Bank Mandiri merevisi guidance pertumbuhan kredit dari sebelumnya sebesar 13-15% year on year, direvisi menjadi sebesar 16-18% year on year secara konsolidasi.
“Sedangkan untuk guidance NIM dan cost of credit tetap kami pertahankan masing-masing di level 5 sampai dengan 5,3% dan 1 sampai dengan 1,2%,” pungkasnya.